Menabung Ternyata Mengasyikan
Karya : Aurora Choirunnisa
Karya : Aurora Choirunnisa
Rara, seorang gadis kelas IX di SMP N 1
Cilandak sejak dulu sudah berniat ingin menyisihkan uang jajannya untuk
ditabung. Rara di tinggal bersama ibu dan kedua adiknya. Ia setiap bulannya
mendapatkan kiriman uang dari ayahnya yang bekerja di luar kota sebesar Rp 600.000,00
(khusus untuk jatah uang saku dan kebutuhan pribadinya selama sebulan) sejak kelas VII . Rara sudah mempunyai atm pribadi
yang diberikan ayahnya. Orang tua Rara sengaja menjatah uang Rara
perbulannya agar dia bisa belajar mengatur uang . Rara di sekolahnya terkenal
dengan sebutan “gadis boros”. Setiap harinya Rara selalu membawa uang kurang
lebih Rp 10.000,00 ke sekolah. Dengan uang itu dia habiskan untuk jajan di
sekolah saat istirahat tiba .
Pada saat Rara kelas VIII semester 1 , Rara
diminta oleh orang tuanya untuk membeli tabungan . Orang tua Rara , yaitu ibu
Rara ingin mengajarkan kepada Rara untuk
hidup hemat . Ibu Rara pun membuat dua kesepakatan kepada Rara dan Rara harus
memilih diantara dua kesepakatan itu . Kesepakatan pertama, Rara setiap harinya
harus menyisihkan uang jajan minimal Rp. 2.000,00 . Awalnya, Rara menentang apa
yang disuruh oleh orang tuanya . Ibunya pun akhirnya membuat kesepakatan yang
kedua, yaitu Rara dijatah Rp 20.000,00 untuk seminggu . Rara kesal dengan apa yang
di katakan oleh ibunya itu . Dia pun akhirnya menyetujui dengan kesepakatan
awal , yaitu setiap harinya Rara akan menyisihkan uang jajannya minimal RP
2.000,00 .
Pada awalnya Rara masih suka
lupa untuk menyisihkan uang jajannya . Ibu Rara tidak jenuh-jenuhnya
mengingatkan Rara untuk menabung. Rara pun mulai terbiasa dengan budaya
menabung yang diajarkan oleh ibunya itu.
Hari demi hari , minggu demi minggu pun berlalu . Tak terasa dia sudah
menabung selama kurang lebih dua bulan . Sampai pada akhirnya Rara tergoda
dengan uang yang berada di dalam tabungan mungilnya itu . Dia pun mulai
mengintip ngintip lubang tabungannya itu. Lama kelamaan Rara mengambil lembar demi lembar uang yang ada di
dalam tabungan itu , dengan cara membolong bagian bawah tabungan itu
menggunakan pisau. Rara menggunakan uang itu untuk dibelikannya barang-barang
yang sepertinya tidak penting , yaitu berbagai macam kalung dan gelang.
Orang tua Rara tidak mengetahui dengan apa yang di lakukan oleh Rara . Ibu
rara menceritakan dengan bangganya kepada ayah Rara yang sedang bekerja di luar
kota bahwa anaknya itu sekarang sudah pintar menabung . Ayah Rara pun
menanggapinya dengan bersyukur .
“Wah sekarang anak ayah sudah pandai
menabung ya” , kata ayah Rara di telepon .
“Haha… iya yah , Rara ingin belajar hidup hemat dan menggunakan uang
Rara yang berada di tabungan jika ada keperluan penting-penting saja “ jelas
Rara di telepon dengan suara gugup.
Pada bulan berikutnya , Ayah Rara mengirimkan jatah uang itu kepada Rara .Seperti biasa, Rara mulai menggunakan uang itu untuk sangu dan disisakan Rp 2.000,00 untuk ditabung.
Pada bulan berikutnya , Ayah Rara mengirimkan jatah uang itu kepada Rara .Seperti biasa, Rara mulai menggunakan uang itu untuk sangu dan disisakan Rp 2.000,00 untuk ditabung.
Pada pertengahan bulan, Rara tidak sengaja melihat baju yang super duber
keren dan harganya sangat mahal di suatu pusat perbelanjaan saat Rara diajak
oleh ibunya untuk berjalan-jalan. Rara sempat meminta dibelikan baju itu kepada
ibunya , tetapi ibunya menolak . Ibu Rara menolak karena kemarin baru saja Rara
beli baju baru. Rara sempat kesal dengan ibunya .
“Mending aku gunakan saja uang yang ada di tabungan dan uang jatah
sanguku , keburu diambil orang” pikir Rara. Tidak lama dari itu, ibu Rara
mengajak untuk pulang karena sudah malam.
Keesokan harinya , Rara meminta diantarkan oleh ibunya untuk kembali ke
pusat perbelanjaan kemarin. “Bu , ada barang yang lupa aku beli kemarin “, kata
Rara . Ibu Rara pun langsung menyetujuinya , karena Ibu rara sekalian mau
membeli kerudung yang lupa di belinya kemarin.
Sesampainya di pusat perbelnjaan itu , Rara langsung menuju ke toko yang
menjual baju tersebut dengan alasan mau ke toilet . Saat Rara mau beranjak
pergi, Ibu Rara pun memberitahu kepada Rara bahwa nanti langsung menemuinya
saja di toko kerudung langganannya. Rara mengangguk dan segera berlari
meninggalkan ibunya , menuju toko baju tersebut. Sesampainya di toko baju tersebut, Rara
langsung mencoba baju tersebut , lalu dibayarlah baju tersebut dikasir. Saat
membeli baju tersebut , Rara tidak berpikir panjang lagi , karena memang sudah
ingin memiliki baju tersebut. Setelah membeli baju itu , bajunya pun dimasukkan
ke dalam tas yang di bawanya . Rara segera menuju ke tempat toko kerudung
karena tahu bahwa ibunya pasti sudah menunggunya sejak tadi. Setelah Rara
sampai di toko kerudung tersebut , ternyata benar bahwa ibu sudah menunggu
Rara. Rara segera meminta pulang kepada ibunya dan berkata bahwa dia sudah
membeli barang yang dibutuhkannya setelah dari toilet tadi .
Pada hari berikutnya, saat Rara mau ke sekolah , Rara mengecek uang
sakunya . Ternyata di dalam dompet Rara sudah tidak ada uang lagi . Rara pun
teringat bahwa dia mempunyai tabungan , lalu
ia mengecek tabungan tersebut dan ternyata di tabungannya itu sudah
tidak ada isinya lagi . Rara merasa menyesal telah menghabiskan uangnnya itu .
Rara ingin meminta uang kepada ibunya,
tetapi dia takut dimarahin oleh ibunya . Akhirnya, pada hari itu Rara tidak
membawa uang saku ke sekolahnya. Saat
istirahat tiba , Rara hanya bisa duduk terdiam di kelas sambil menahan rasa
lapar.
Sepulangnya dari sekolah , Rara memutuskan untuk memberitahu kepada
ibunya semua yang dia perbuat dengan sedikit keberanian yang dimilikinya .
Ibunya Rara memang marah kepada Rara , tetapi ibu Rara merasa bangga kepada
Rara karena telah mau mengakui kesalahannya. Ibu Rara memberikan nasehat kepada
Rara agar tidak melakukan kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya lagi .
Rara pun hanya bisa terdiam dan merasa sangat menyesal dengan apa yang telah
diperbuatnya.
Ibu Rara langsung memberitahu ayah Rara semua kejadian yang terjadi . Ayah
Rara sangat kecewa kepada Rara. Tetapi, Ibu Rara memberitahu kepada ayah Rara
bahwa Rara sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi . Ibu rara meminta kepada ayah rara untuk
mengirimkan uang ke atm rara, tanpa sepengetahuan Rara dan ayah Rara pun menyetujuinya .
“Rara ayo ikut ibu ke atm dan bawa atmmu ”, perintah ibu Rara
“ Baiklah bu” , jawab Rara singkat
` Setelah sampai di atm, ternyata
saldo Rara ada Rp 600.000,00 . Rara dengan sedikit ketidakpercayaannya
berteriak gembira . Rara segera memberitahu ibunya dan Ibu Rara pun menyuruh
Rara untuk segera menelpon ayahnya .
“Yah, maaf ya Rara sudah berbuat
salah . Rara mau bilang semuanya ke ayah , tapi Rara sangat takut . Sekali lagi
Rara minta maaf ya yah . Terimakasih ya atas kiriman uangnya . Rara pasti akan
menggunakan uang dengan sebaik-baiknya. Rara pasti akan menyisihkannya untuk
ditabung “ , jelas Rara.
“Iya Rara , ayah percaya kok kepada Rara. Jangan diulangi lagi ya. Rara
kalau mau apa- apa bilang ayah saja . Jangan berbohong lagi ya nak ” , ucap
ayah Rara.
Sejak saat itu , Rara sudah belajar untuk hidup hemat dan mulai menabung
sisa uang sakunya . Rara menabung bukan lagi Rp 2.000,00 , tapi terkadang sampai
Rp 6.000,00 . Rara sekarang sudah menjadi gadis yang tidak boros lagi . Dahulu
, Rara sempat berpikir bahwa menabung itu susah , tetapi bila dilandasi dengan
kemauan dan niat yang tinggi, ternyata menabung itu sangat mengasyikan . Bila
kita membutuhkan sesuatu yang sangat penting dan saat itu tidak memiliki uang ,
kita bisa menggunakan uang tabungan yang kita miliki itu.